Powered By Blogger Submit Your Site To The Web's Top 50 Search Engines for Free! Online Marketing

Subscribe Now

Monday, November 24

Adat Pernikahan Solo


Pra Nikah Adat Solo
  • Nontoni
Bagian pertama dari rangkaian prosesi pernikahan solo adalah Nontoni. Proses nontoni ini dilakukan oleh pihak keluarga pria. Tujuan dari nontoni adalah untuk mengetahui status gadis yang akan dijodohkan dengan anaknya, apakah masih legan (sendiri) atau telah memiliki pilihan sendiri. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar jangan sampai terjadi benturan dengan pihak lain yang juga menghendaki si gadis menjadi menantunya. Bila dalam nontoni terdapat kecocokan dan juga mendapat ‘lampu hijau’ dari pihak gadis, tahap berikutnya akan dilaksanakan panembung.
  • Panembung
Panembung dapat diartikan sebagai melamar. Dalam melamar seorang gadis yang akan dijadikan jodoh, biasanya dilakukan sendiri oleh pihak pria disertai keluarga seperlunya. Tetapi bagian ini bisa juga diwakilkan kepada sesepuh atau orang yang dipercaya disertai beberapa orang teman sebagai saksi. Setelah pihak pria menyampaikan maksud kedatangannya, orangtua gadis tidak langsung menjawab boleh atau tidak putrinya diperistri. Untuk menjaga tata trapsila, jawaban yang disampaikan kepada keluarga laki-laki akan ditanyakan dahulu kepada sang putrid. Untuk itu pihak pria dimohon bersabar. Jawaban ini tentu saja dimaksudkan agat tidak mendahului kehendak yang akan menjalankan, yaitu sang gadis, juga agar taj menurunkan wibawa pihak keluarganya. Biasanya mereka akan meminta waktu untuk memberikan jawaban sekitar sepasar atau 5 hari.
  • Paningset
Apabila sang gadis bersedia dijodohkan dengan pria yang melamarnya, maka jawaban akan disampaikan kepada pihak keluarga pria, sekaligus memberikan perkiraan mengenai proses selanjutnya. Hal ini dimaksudkan agar kedua keluarga bisa menentukan hari baik untuk mewujudkan rencana pernikahan. Pada saat itu, orangtua pihak pria akan membuat ikatan pembicaraan lamaran dengan pasrah paningset (sarana pengikat perjodohan). Paningset diserahkan oleh pihak calon pengantin pria kepada pihak calon pengantin wanita paling lambat lima hari sebelum pernikahan. Namun belakangan, dengan alasan kepraktisan, acara srah-srahan paningset sering digabungkan bersamaan dengan upacara midodareni.

Pernikahan Adat Solo

Pelaksanaan pernikahan di Solo mempunyai tatanan yang memuat pokok-pokok tradisi Jawa sebagai berikut :
1. Sowan Luhur
Maksudnya adalah meminta doa restu dari para sesepuh dan piyagung serta melakukan ziarah kubur ke tempat leluhurnya.

2. Wilujengan
Merupakan ritual sebagai wujud permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya dalam melaksanakan hajat diberi keselamatan dan dijauhkan dari segala halangan. Dalam wilujengan ini memakai sarat berupa makanan dengan lauk-pauk, seperti ‘sekul wuduk’ dan ‘sekul golong’ beserta ingkung (ayam utuh). Dalam wilujengan ini semua sarat ubarampe enak dimakan oleh manusia.

3. Pasang Tarub
Merupakan tradisi membuat ‘bleketepe’ atau anyaman daun kelapa untuk dijadikan atap atau peneduh resepsi manton. Tatacara ini mengambil ‘wewarah’ atau ajaran Ki Ageng Tarub, salah satu leluhur raja-raja Mataram. Saat mempunyai hajat menikahkan anaknya Dewi Nawangsih dengan Raden Bondan Kejawan, Ki Ageng membuat peneduh dari anyaman daun kelapa. Hal itu dilakukan dkarena rumah Ki Ageng uang kecil tidak dapat memuat semua tamu, sehingga tamu yang diluar diteduhi dengan ‘payon’ itu ruang yang dipergunakan untuk para tamu Agung yang luas dan dapat menampung seluruh tamu. Kemudian payon dari daun kelapa itu disebut ‘tarub’, berasal dari nama orang yang pertama membuatnya. Tatacara memasang tarub adalah bapak naik tangga sedangkan ibu memegangi tangga sambil membantu memberikan ‘bleketepe’ (anyaman daun kelapa). Tatacara ini menjadi perlambang gotong royong kedua orang tua yang menjadi pengayom keluarga.

4. Pasang Tuwuhan
Tuwuhan mengandung arti suatu harapan kepada anak yang dijodohkan dapat memperoleh keturunan, untuk melangsungkan sejarah keluarga.
Tuwuhan terdiri dari :
1). Pohon pisang raja yang buahnya sudah masuk
Maksud dipilih pisang yang sudah masak adalah diharapkan pasangan yang akan menikah telah mempunyai pemikiran dewasa atau telah masak. Sedangkan pisang raja mempunyai makna pengharapan agar pasangan yang akan dinikahkan kelak mempunyai kemakmuran, kemuliaan dan kehormatan seperti raja. 
2). Tebu wulung
Tebu wulung berwarna merah tua sebagai gambaran tuk-ing memanis atau sumber manis. Hal ini melambangkan kehidupan yang serba enak. Sedangkan makna wulung bagi orang Jawa berarti sepuh atau tua. Setelah memasuki jenjang perkawinan, diharapkan kedua mempelai mempunyai jiwa sepuh yang selalu bertindak dengan ‘kewicaksanaan’ atau kebijakan. 
3). Cengkir gadhing
Merupakan symbol dari kandungan tempat si jabang bayi atau lambing keturunan. 
4). Daun randu dari pari sewuli
Randu melambangkan sandang, sedangkan pari melambangkan pangan. Sehingga hal itu bermakna agar kedua mempelai selalu tercukupi sandang dan pangannya. 
5). Godhong apa-apa (bermacam-macam dedaunan)
Seperti daun beringin yang melambangkan pengayoman, rumput alang-alang dengan harapan agar terbebas dari segala halangan.
5. Siraman dan Sade Dawet
Peralatan yang dipaka untuk siraman adalah sekar manca warna yang dimasukkan ke dalam jembangan, kelapa yang dibelah untuk gayung mandi, serta jajan pasar, dan tumpeng robyong. Air yang dipergunakan dalam siraman ini diambil dari tujuh sumber air, atau air tempuran. Orang yang menyiram berjumlah 9 orang sesepuh termasuk ayah. Jumlah sembilan tersebut menurut budaya Keraton Surakarta untuk mengenang keluhuran Wali Sanga, yang bermakna manunggalnya Jawa dan Islam. Selain itu angka sembilan juga bermakna ‘babakan hawa sanga’ yang harus dikendalikan.
Pelaksanaan tradisi ini
Masing-masing sesepuh melaksanakan siraman sebanyak tiga kali dengan gayung yang terbuat dari tempurung kelapa yang diakhiri siraman oleh ayah mempelai wanita. Setelah itu bapak mempelai wanita memecah klenthing atau kendhi, sambil berucap ‘ora mecah kendhi nanging mecah pamore anakku’.
Seusaii siraman calon pengantin wanita dibopong (digendong) oleh ayah ibu menuju kamar pengantin. Selanjutnya sang Ayah menggunting tigas rikmo (sebagian rambut di tengkuk) calon pengantin wanita. Potongan rambut tersebut diberikan kepada sang ibu untuk disimpan ke dalam cepuk (tempat perhiasan), lalu ditanam di halaman rumah. Upacara ini bermakna membuang hal-hal kotor dari calon pengantin wanita. Kemudian rambut calon pengantin wanita. Kemudian rambut calon pengantin wanita dikeringkan sambil diharumi asap ratus, untuk selanjutnya ‘dihalubi-halubi’ atau dibuat cengkorong paes. Selanjutnya rambut dirias dengan ukel konde tanpa perhiasan, dan tanpa bunga.
Dodol Dawet
Pada saat calon pengantin dibuat cengkorong paes itu, kedua orangtua menjalankan tatacara ‘dodol dawet’ (menjual dawet). Disamping dawet itu sebagai hidangan, juga diambil makna dari cendol yang berbentuk bundar merupakan lambing kebulatan kehendak orangtua untuk menjodohkan anak.
Bagi orang yang akan membeli dawet tersebut harus membayar dengan ‘kreweng’ (pecahan genting) bukan dengan uang. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia berasal dari bumi. Yang melayani pembeli adalah ibu, sedangkan yang menerima pembayaran adalah bapak. Hal ini mengajarkan kepada anak mereka yang akan menikah tentang bagaimana mencari nafkah sebagai suami istri , harus saling membantu.

6. Sengkeran
Setelah calon pengantin wanita ‘dihaluh-halubi’ atau dibuat cengkorong paes lalu ‘disengker’ atau dipingit. Artinya tidak boleh keluar dari halaman rumah.
Hal ini untuk menjaga keselamatannya. Pemingitan ini dulu dilakukan selama seminggu, atau minimal 3 hari. Yang mana dalam masa ini, calon pengantin putri setiap malam dilulur dan mendapat banyak petuah mengenai bagaimana menjadi seorang istri dan ibu dalam menjalani kehidupan dan mendampingi suami, serta mengatur rumah tangga.

7. Midodareni atau Majemukan
Malam menjelang dilaksanakan ijab dan panggih disebur malam midodareni. Midodareni berasal dari kata widodari. Masyarakat Jawa tradisional percaya bahwa pada malam tersebut, para bidadari dari kayangan akan turun ke bumi dan bertandang ke kediaman calon pengantin wanita, untuk menyempurnakan dan mepercantik pengantin wanita.
Prosesi yang dilaksanakan pada malam midodareni
1). Jonggolan
Datangnya calon pengantin ke tempat calon mertua. ‘Njonggol’ diartikan sebagai menampakkan diri. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa dirinya dalam keadaan sehat dan selamat, dan hatinya telah mantap untuk menikahi putri mereka. Selama berada di rumah calon pengantin wanita, calon pengantin pria menunggu di beranda dan hanya disuguhi air putih. 
2). Tantingan
Kedua orangtua mendatangi calon pengantin wanita di dalam kamar, menanyakan kemantapan hatinya untuk berumah tangga. Maka calon pengantin wanita akan menyatakan ia ikhlas menyerahkan sepenuhnya kepada orangtua, tetapi mengajukan permintaan kepada sang ayah untuk mencarikan ‘kembar mayang’ sebagai isyarat perkawinan. 
3). Turunnya Kembar Mayang
Turunnya kembar mayang merupakan saat sepasang kembar mayang dibuat. Kembar mayang ini milik para dewa yang menjadi persyaratan, yaitu sebagai sarana calon pengantin perempuan berumah tangga. Dalam kepercayaan Jawa, kembar mayang hanya dipinjam dari dewa, sehingga apabila sudah selesai dikembalikan lagi ke bumi atau dilabuh melalui air. Dua kembar mayang tersebut dinamakan Dewandaru dan Kalpandaru. Dewandaru mempunyai arti wahyu pengayoman. Maknanya adalah agar pengantin pria dapat memberikan pengayoman lahir dan batin kepada keluarganya. Sedangkan Kalpandaru, berasal dari kata kalpa yang artinya langgeng dan daru yang berarti wahyu. Maksudnya adalah wahyu kelanggengan, yaitu agar kehidupan rumah tangga dapat abadi selamanya. 
4). Wilujengan Majemukan
Wilujengan Majemukan adalah silahturahmi antara keluarga calon pengantin pria dan wanita yang bermakna kerelaan kedua pihak untuk saling berbesanan. Selanjutnya ibu calon pengantin wanita menyerahkan angsul-angsul atau oleh-oleh berupa makanan untuk dibawa pulang kepada ibu calon pengantin pria. Sesaat sebelum rombongan pulang, orang tua calon pengantin wanita memberikan kepada calon pengantin pria.
8. Ijab Panikah
Pelaksanaan ijab panikah ini mengacu pada agama yang dianut oleh pengantin. Dalam tata cara Keraton, saat ijab panikah dilaksanakan oleh penghulu, tempat duduk penghulu maupun mempelai diatur sebagai berikut :
• Pengantin laki-laki menghadap barat
• Naib di sebelah barat menghadap timur
• Wali menghadap ke selatan, dan para saksi bisa menyesuaikan

Saturday, November 22

Adat pernikahan Yogyakarta



Nontoni
Nontoni adalah upacara untuk melihat calon pasangan yang akan dikawininya. Dimasa lalu orang yang akan nikah belum tentu kenal terhadap orang yang akan dinikahinya, bahkan terkadang belum pernah melihatnya, meskipun ada kemungkinan juga mereka sudah tahu dan mengenal atau pernah melihatnya.
Agar ada gambaran siapa jodohnya nanti maka diadakan tata cara nontoni. Biasanya tata cara ini diprakarsai pihak pria. Setelah orang tua si perjaka yang akan diperjodohkan telah mengirimkan penyelidikannya tentang keadaan si gadis yang akan diambil menantu. Penyelidikan itu dinamakan dom sumuruping banyu atau penyelidikan secara rahasia.
Setelah hasil nontoni ini memuaskan, dan siperjaka sanggup menerima pilihan orang tuanya, maka diadakan musyawarah diantara orang tua / pinisepuh si perjaka untuk menentukan tata cara lamaran.
Lamaran Melamar artinya meminang, karena pada zaman dulu diantara pria dan wanita yang akan menikah terkadang masih belum saling mengenal, jadi hal ini orang tualah yang mencarikan jodoh dengan cara menanyakan kepada seseorang apakah puterinya sudah atau belum mempunyai calon suami. Dari sini bisa dirembug hari baik untuk menerima lamaran atas persetujuan bersama.
Upacara lamaran:
  • Pada hari yang telah ditetapkan, datanglah utusan dari calon besan yaitu orang tua calon pengantin pria dengan membawa oleh-oleh. Pada zaman dulu yang lazim disebut
Jodang ( tempat makanan dan lain sebagainya ) yang dipikul oleh empat orang pria.
  • Makanan tersebut biasanya terbuat dari beras ketan antara lain : Jadah, wajik, rengginan dan sebagainya.
  • Menurut naluri makanan tersebut mengandung makna sebagaimana sifat dari bahan baku ketan yang banyak glutennya sehingga lengket dan diharapkan kelak kedua pengantin dan antar besan tetap lengket (pliket,Jawa).
  • Setelah lamaran diterima kemudian kedua belah pihak merundingkan hari baik untuk melaksanakan upacara peningsetan. Banyak keluarga Jawa masih melestarikan sistem pemilihan hari pasaran pancawara dalam menentukan hari baik untuk upacara peningsetan dan hari ijab pernikahan.
Peningsetan Kata peningsetan adalah dari kata dasar singset (Jawa) yang berarti ikat, peningsetan jadi berarti pengikat.
Peningsetan adalah suatu upacara penyerahan sesuatu sebagai pengikat dari orang tua pihak pengantin pria kepada pihak calon pengantin putri.
Menurut tradisi peningset terdiri dari : Kain batik, bahan kebaya, semekan, perhiasan emas, uang yang lazim disebut tukon (imbalan) disesuaikan kemampuan ekonominya, jodang yang berisi: jadah, wajik, rengginan, gula, teh, pisang raja satu tangkep, lauk pauk dan satu jenjang kelapa yang dipikul tersendiri, satu jodoh ayam hidup. Untuk menyambut kedatangan ini diiringi dengan gending Nala Ganjur .
Biasanya penentuan hari baik pernikahan ditentukan bersama antara kedua pihak setelah upacara peningsetan.
Upacara Tarub
Tarub adalah hiasan janur kuning (daun kelapa yang masih muda) yang dipasang tepi tratag yang terbuat dari bleketepe (anyaman daun kelapa yang hijau).
Pemasangan tarub biasanya dipasang saat bersamaan dengan memandikan calon pengantin (siraman, Jawa) yaitu satu hari sebelum pernikahan itu dilaksanakan.
Untuk perlengkapan tarub selain janur kuning masih ada lagi antara lain yang disebut dengan tuwuhan. Adapun macamnya :
  • Dua batang pohon pisang raja yang buahnya tua/matang.
  • Dua janjang kelapa gading ( cengkir gading, Jawa )
  • Dua untai padi yang sudah tua.
  • Dua batang pohon tebu wulung (tebu hitam) yang lurus.
  • Daun beringin secukupnya.
  • Daun dadap srep.
Tuwuhan dan gegodongan ini dipasang di kiri pintu gerbang satu unit dan dikanan pintu gerbang satu unit (bila selesai pisang dan kelapa bisa diperebutkan pada anak-anak.)
Selain pemasangan tarub diatas masih delengkapi dengan perlengkapan-perlengkapan sbb. (Ini merupakan petuah dan nasehat yang adi luhung, harapan serta do'a kepada Tuhan Yang Maha Kuasa) yang dilambangkan melalui:
  1. Pisang raja dan pisang pulut yang berjumlah genap.
  2. Jajan pasar
  3. Nasi liwet yang dileri lauk serundeng.
  4. Kopi pahit, teh pahit, dan sebatang rokok.
  5. Roti tawar.
  6. Jadah bakar.
  7. Tempe keripik.
  8. Ketan, kolak, apem.
  9. Tumpeng gundul
  10. Nasi golong sejodo yang diberi lauk.
  11. Jeroan sapi, ento-ento, peyek gereh, gebing
  12. Golong lulut.
  13. Nasi gebuli
  14. Nasi punar
  15. Ayam 1 ekor
  16. Pisang pulut 1 lirang
  17. Pisang raja 1 lirang
  18. Buah-buahan + jajan pasar ditaruh yang tengah-tengahnya diberi tumpeng kecil.
  19. Daun sirih, kapur dan gambir
  20. Kembang telon (melati, kenanga dan kantil)
  21. Jenang merah, jenang putih, jenang baro-baro.
  22. Empon-empon, temulawak, temu giring, dlingo, bengle, kunir, kencur.
  23. Tampah(niru) kecil yang berisi beras 1 takir yang diatasnya 1 butir telor ayam mentah, uang logam, gula merah 1 tangkep, 1 butir kelapa.
  24. Empluk-empluk tanah liat berisi beras, kemiri gepak jendul, kluwak, pengilon, jungkat, suri, lenga sundul langit
  25. Ayam jantan hidup
  26. Tikar
  27. Kendi, damar jlupak (lampu dari tanah liat) dinyalakan
  28. Kepala/daging kerbau dan jeroan komplit
  29. Tempe mentah terbungkus daun dengan tali dari tangkai padi (merang)
  30. Sayur pada mara
  31. Kolak kencana
  32. Nasi gebuli
  33. Pisang emas 1 lirang
Masih ada lagi petuah-petuah dan nasehat-nasehat yang dilambangkan melalui : Tumpeng kecil-kecil merah, putih,kuning, hitam, hijau, yang dilengkapi dengan buah-buahan, bunga telon, gocok mentah dan uang logam yang diwadahi diatas ancak yang ditaruh di:
  1. Area sumur
  2. Area memasak nasi
  3. Tempat membuat minum
  4. Tarub
  5. Untuk menebus kembarmayang (kaum)
  6. Tempat penyiapan makanan yanh akan dihidangkan.
  7. Jembatan
  8. Prapatan.
Nyantri Upacara nyantri adalah menitipkan calon pengantin pria kepada keluarga pengantin putri 1 sampai 2 hari sebelum pernikahan. Calon pengantin pria ini akan ditempat kan dirumsh saudara atau tetangga dekat.
Upacara nyantri ini dimaksudkan untuk melancarkan jalannya upacara pernikahan, sehingga saat-saat upacara pernikahan dilangsungkan maka calon pengantin pria sudah siap dit3empat sehingga tidak merepotkan pihak keluarga pengantin putri.
Upacara Siraman Siraman dari kata dasar siram (Jawa) yang berarti mandi. Yang dimaksud dengan siraman adalah memandikan calon pengantin yang mengandung arti membershkan diri agar menjadi suci dan murni. Bahan-bahan untuk upacara siraman :
  • Kembang setaman secukupnya
  • Lima macam konyoh panca warna (penggosok badan yang terbuat dari beras kencur yang dikasih pewarna)
  • Dua butir kelapa hijau yang tua yang masih ada sabutnya.
  • Kendi atai klenting
  • Tikar ukuran ½ meter persegi
  • Mori putih ½ meter persegi
  • Daun-daun : kluwih, koro, awar-awar, turi, dadap srep, alang-alang
  • Dlingo bengle
  • Lima macam bangun tulak (kain putih yang ditepinnya diwarnai biru)
  • Satu macam yuyu sekandang ( kain lurik tenun berwarna coklat ada garis-garis benang kuning)
  • Satu macam pulo watu (kain lurik berwarna putih lorek hitam), 1 helai letrek (kain kuning), 1 helai jinggo (kain merah).
  • Sampo dari londo merang (air dari merang yang dibakar didalam jembangan dari tanah liat kemudian saat merangnya habis terbakar segera apinya disiram air, air ini dinamakan air londo)
  • Asem, santan kanil, 2meter persegi mori, 1 helai kain nogosari, 1 helai kain grompol, 1 helai kain semen, 1 helai kain sidomukti atau kain sidoasih
  • Sabun dan handuk.
Saat akan melaksanakan siraman ada petuah-petuah dan nasehat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:
  • Tumpeng robyong
  • Tumpeng gundul
  • Nasi asrep-asrepan
  • Jajan pasar, pisang raja 1 sisir, pisang pulut 1 sisir, 7 macam jenang
  • Empluk kecil (wadah dari tanah liat) yang diisi bumbu dapur dan sedikit beras
  • 1 butir telor ayam mentah
  • Juplak diisi minyak kelapa
  • 1 butir kelapa hijau tanpa sabut
  • Gula jawa 1 tangkep
  • 1 ekor ayam jantan
Untuk menjaga kesehatan calon pengantin supaya tidak kedinginan maka ditetapkan tujuh orang yang memandikan, tujuh sama dengan pitu ( Jawa ) yang berarti pitulung (Jawa) yang berarti pertolongan. Upacara siraman ini diakhiri oleh juru rias (pemaes) dengan memecah kendi dari tanah liat.
Midodareni Midodareni berasal dari kata dasar widodari (Jawa) yang berarti bidadari yaitu putri dari sorga yang sangat cantik dan sangat harum baunya.
Midodareni biasanya dilaksanakan antara jam 18.00 sampai dengan jam 24.00 ini disebut juga sebagai malam midodareni, calon penganten tidak boleh tidur.
Saat akan melaksanakan midodaren ada petuah-petuah dan nasehat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:
  • Sepasang kembarmayang (dipasang di kamar pengantin)
  • Sepasang klemuk ( periuk ) yang diisi dengan bumbu pawon, biji-bijian, empon-empon dan dua helai bangun tulak untuk menutup klemuk tadi
  • Sepasang kendi yang diisi air suci yang cucuknya ditutup dengan daun dadap srep ( tulang daun/ tangkai daun ), Mayang jambe (buah pinang), daun sirih yang dihias dengan kapur.
  • Baki yang berisi potongan daun pandan, parutan kencur, laos, jeruk purut, minyak wangi, baki ini ditaruh dibawah tepat tidur supaya ruangan berbau wangi.
Adapun dengan selesainya midodareni saat jam 24.00 calon pengantin dan keluarganya bisa makan hidangan yang terdiri dari :
  • Nasi gurih
  • Sepasang ayam yang dimasak lembaran ( ingkung, Jawa )
  • Sambel pecel, sambel pencok, lalapan
  • Krecek
  • Roti tawar, gula jawa
  • Kopi pahit dan teh pahit
  • Rujak degan
  • Dengan lampu juplak minyak kelapa untuk penerangan ( jaman dulu)
Upacara Langkahan
Langkahan berasal dari kata dasar langkah (Jawa) yang berarti lompat, upacara langkahan disini dimaksudkan apabila pengantin menikah mendahului kakaknya yang belum nikah , maka sebelum akad nikah dimulai maka calon pengantin diwajibkan minta izin kepada kakak yang dilangkahi.
Upacara Ijab
Ijab atau ijab kabul adalah pengesahan pernihakan sesuai agama pasangan pengantin. Secara tradisi dalam upacara ini keluarga pengantin perempuan menyerahkan / menikahkan anaknya kepada pengantin pria, dan keluarga pengantin pria menerima pengantin wanita dan disertai dengan penyerahan emas kawin bagi pengantin perempuan. Upacara ijab qobul biasanya dipimpin oleh petugas dari kantor urusan agama sehingga syarat dan rukunnya ijab qobul akan syah menurut syariat agama dan disaksikan oleh pejabat pemerintah atau petugas catatan sipil yang akan mencatat pernikahan mereka di catatan pemerintah.
Upacara Panggih Panggih (Jawa) berarti bertemu, setelah upacara akad nikah selesai baru upacara panggih bisa dilaksanaakan,. Pengantin pria kembali ketempat penantiannya, sedang pengantin putri kembali ke kamar pengantin. Setelah semuanya siap maka upacara panggih dapat segera dimulai.
Untuk melengkapi upacara panggih tersebut sesuai dengan busana gaya Yogyakarta dengan iringan gending Jawa:
  1. Gending Bindri untuk mengiringi kedatangan penantin pria
  2. Gending Ladrang Pengantin untuk mengiringi upacara panggih mulai dari balangan ( saling melempar ) sirih, wijik ( pengantin putri mencuci kaki pengantin pria ), pecah telor oleh pemaes.
  3. Gending Boyong/Gending Puspowarno untuk mengiringi tampa kaya (kacar-kucur), lambang penyerahan nafkah dahar walimah. Setelah dahar walimah selesai, gending itu bunyinya dilemahkan untuk mengiringi datangnya sang besan dan dilanjutkan upacara sungkeman
Setelah upacara panggih selesai dapat diiringi dengan gending Sriwidodo atau gending Sriwilujeng. Pada waktu kirab diiringi gending : Gatibrongta, atau Gari padasih.

Thursday, November 13

Adat Pernikahan Minang

 
 
Pelaminan khas minang ala Lubuk Jantan bertaburkan kain bersulamkan benang emas dengan warna yang mendominasi hitam, warna yang mewakili kalangan datuk. Singgasana pengantin di buat untuk bersila dan bersimpuh, dan bukan duduk di kursi yang melambangkan bahwa semua orang sederajat.
  1. Terdapat sepasang setajuak yang ditaruh didepan pelaminan disebelah kiri dan kanan dan berjumlah sebelas yang menandakan asal keluarga pengantin dari kalangan bangsawan. Kaki setajuak adalah ketan kuning dan satu lagi berisi sirih, kapur dan pinang dibungkus saputangan bersulam benang emas. Juga terdapat sepasang jamba gadang yang di tutup saputangan bersulam emas. Salah satu jamba gadang tersebut berisi ketan kuning, ketan putih, ketam hitam dan paniaram. Sedangkan yang lain berisi nasi lengkap dengan lauk pauknya.
  2. Dalam prosesi pernikahan adat minang khas Lubuk Jantan ini dikisahkan bahwa pengantin pria telah melakukan ijab Kabul pada hari jum’at setelah sholat Jum’at di Mesjid. Seperti umumnya pernikahan dengan cara Islam, anak daro saat itu belum bertemu dengan marapulai.Setelah Ijab Kabul selesai di Mesjid, Marapulai diantar oleh orang tua dan keluarga mendatangi anak daro dirumahnya. Kedatangan marapulai dirumah anak daro ini disambut dengan tari gelombang, pepatah petitih dan tari persembahan yang semua menandakan bahwa marapulai diterima oleh keluarga anak daro.
  3. Prosesi pernikahan adat Minang khas Lubuk Jantan ini kemudian dilanjutkan dengan mencuci kaki yang dilaksanakan oleh ibu anak daro, ritual ini menandakan bahwa marapulai diterima dengan iklas lahir batin oleh keluarga anak daro. Bila ada perselisihan dan pertengkaran antara kedua keluarga tersebut, selesai sampai di situ saja dan kini kedua keluarga sudah menyatu.
  4. Kemudian sang marapulai berjalan diatas kain putih yang langsung digulung karena tidak boleh diinjak oleh siapapun selain marapulai. Ritual ini menandakan mempelai membangun keluarga baru yang Insya allah tidak akan diganggu oleh siapapun. Kemudian kedua mempelai didudukan diatas pelaminan.
  5. Setelah itu pasangan tersebut di suguhi makanan ketan berwarna warni yang berada dihadapan marapulai dan anak daro. Masing-masing memilih ketan tersebut. Ternyata sang marapulai memilih ketan hitam, yang memiliki arti perannya sebagai pelindung dan kepala keluarga sedangkan anak daro memilih ketan putih yang berarti bahwa sebelumnya anak daro belum pernah menikah. Dalam adat Minang tidak ada acara saling menyuapi, mempelai masing-masing mengambil sendiri hidangan pilihannya.
  6. Para undangan yang hadir disuguhi hiburan berupa tari piring dan dijamu dengan makanan khas Minangkabau. Dibagian samping kiri dan kanan pelaminan di gelar sepra (kain putih) tempat menjamu para undangan. Jamuan berupa kue dan makanan tradisional Minangkabau seperti lamang, tapai, lapek krucut, kolak diisikan pada piring-piring kecil. Dan terdapat cirano yang berisi makanan, merupakan persembahan bagi datuk desa lain.
Beberapa perlengkapan yang dipakai pada prosesi pernikahan adat minang ini adalah sebuah keris pusaka minang untuk dikenakan marapulai, kain untuk ikat pinggang datuk yang dikenakan marapulai, tongkat khas minang yang di gunakan kedua ayah mempelai, hiasan kepala marapulai dan beberapa kalung tua untuk dikenakan pendamping dan ibu mempelai.

Wednesday, November 12

Adat Pernikahan Amarasi (Nusa Tenggara)


Tata Cara Perkawinan Adat Amarasi: Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur
Acara peminangan calon pengantin wanita di Kupang, juga ditandai dengan surat-menyurat antar keluarga.

Kupang merupakan ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki potensi sumber daya alam yang cukup melimpah. Mayoritas penduduknya memeluk agama Kristen Protestan. Bila dibandingkan kabupaten lainnya di Pulau Timor, masyarakat Kupang sebenarnya jauh lebih heterogen. Suku-suku yang ada di Kabupaten Kupang inilah yang kemudian mewarnai adat istiadat budaya masyarakatnya. Suku-suku tersebut yaitu:

- Suku Dawan (dari daerah Dawan, Amarasi dan Amfoang)
- Suku Helong (dari Pulau Semau)
- Suku Rote (dari Pulau Rote)
- Suku Sabu (dari Pulau Sabu)

Busana pengantin adat Amarasi ini selain digunakan pada upacara perkawinan, dapat juga dikenakan saat dilangsungkan upacara adat di istana raja. Pengantin wanita terlihat memakai kebaya bodo dengan sarung tenunan khas Amarasi dan dilengkapi selendang serta berbagai perhiasan, mulai dari atas kepala sampai ujung kaki sang pengantin, di antaranya:

Kepala : mahkota Bulamolik berbentuk bulan sabit.
Telinga : anting atau giwang karabu.
Konde : berbentuk bulat/cepok yang disebut falungku dengan tusuk konde koin sebanyak tiga buah yang ditaruh di samping kiri, kanan dan tengah.
Leher : kalung muti salak, habas dan gong.
Tangan : sepasang gelang.
Jari : cincin koin.
Kaki : selop hitam.
Pinggang : sebuah pending emas.

Sementara itu, pengantin pria pun tampil tak kalah rupawan dengan baju dan jas, kain tenunan serta selendang pinggang atau selendang bahu. Pengantin pria dilengkapi destar di kepala, lehernya berhiaskan muti salak, habas dan gong, serta tangannya dihiasi gelang dan pinggangnya berikat perak dan dompet alkosu.

Rangkaian upacara perkawinan masyarakat Amarasi Kupang, Nusa Tenggara Timur, dimulai dengan acara perkenalan antar dua anggota keluarga yang akan berbesan. Sebelum kedua keluarga itu bertemu, biasanya keluarga calon pengantin pria (CPP) terlebih dahulu akan mengirimkan utusan untuk datang ke rumah calon pengantin wanita (CPW) guna bertemu dan berkenalan dengan anak gadis yang akan dipinang.

Pada kesempatan itu juga, utusan akan menyampaikan maksud hati keluarga CPP untuk segera meminang anak gadis tersebut. Setelah mendapatkan jawaban dari pihak keluarga CPW, sang utusan segera pulang dan menyampaikan hasil pertemuannya kepada keluarga CPP. Lalu mereka akan berunding untuk menetapkan waktu yang tepat untuk mengadakan pertemuan dua keluarga lagi guna membahas kelanjutan rencana acara pinangan.

Tetapi sebelum pertemuan itu terlaksana, keluarga CPP diharuskan membuat surat yang ditujukan kepada keluarga CPW. Isinya menyampaikan maksud kedatangan keluarga CPP yang ingin bertemu dengan keluarga CPW untuk meminang anak gadis mereka. Dan setelah keluarga CPW menerima surat tersebut maka mereka akan segera mengadakan pertemuan antara keluarga dekat yang melibatkan saudara laki-laki dari ibu kandung CPW yang disebut Na’i (oom dalam bahasa Timor) atau To’o (dalam bahasa Rote). Pertemuan keluarga CPW ini dilakukan untuk merancang penerimaan kedatangan keluarga CPP dalam acara pinangan nanti.

Sebelum hari pinangan terlaksana, keluarga CPW juga akan mengirimkan surat balasan kepada keluarga CPP berisi tanda kesediaan mereka menerima kedatangan keluarga CPP untuk meminang yang di dalamnya disertakan sejumlah syarat-syarat antaran yang mereka minta dan tetapkan.

Pada hari pelaksanaan pinangan, pihak keluarga CPW akan menyiapkan perwakilan keluarga yang ditunjuk sebagai juru bicara dan dia bertugas menerima kedatangan rombongan keluarga CPP. Pada saat hari pinangan ini, rombongan CPP harus datang tepat waktu sambil membawa barang antaran yang sebelumnya sudah ditetapkan, biasanya sebanyak 5-7 baki/dulang yang dibawa oleh remaja-remaja putri, hal ini sebagai salah satu syarat untuk kelengkapan mas kawin. Biasanya barang antaran yang diminta antara lain:

Antaran I : berisi pinang sebanyak satu rangkai.
Antaran II : tempat sirih berisi uang untuk tebusan air susu ibu, uang untuk donatur gereja dan pemerintah serta uang to’ok.
Antaran III : seperangkat bahan busana untuk CPW dan orangtuanya.
Antaran IV : berisi perhiasaan emas yang diperuntukkan bagi CPW.
Antaran V : berisi lampu yang sudah dinyalakan. Sementara antaran lainnya lazimnya berisi aneka bahan makanan, buah atau kue.

Setelah masing-masing juru bicara keluarga bertemu, mereka akan langsung melakukan perbincangan dan setelah ada kesepakatan maka barang-barang antaran tersebut lalu diserah-terimakan. Selain untuk meminang, kedua keluarga juga membahas kelanjutan dari pesta perkawinan anak-anak mereka juga membahas pembayaran belis (mas kawin). Acara pinangan ini biasanya akan ditutup dengan acara jamuan makan bersama.

Setelah kesepakatan didapatkan, keluarga CPP akan mengumpulkan keluarga besarnya untuk memberitahukan apa-apa saja yang menjadi hasil kesepakatan dalam pertemuan keluarga di acara pinangan tersebut. Keluarga CPP berkumpul tidak hanya untuk mendengarkan hasil pertemuan tetapi juga untuk saling membantu dan meringankan beban keluarga CPP dengan memberikan bantuan dan sumbangan untuk membayar belis yang diminta keluarga CPW, termasuk segala sesuatu yang menjadi kebutuhan dalam pesta pernikahan nantinya.

Sehari sebelum hari perkawinan tiba, di rumah CPW akan diadakan acara picah bok yaitu pesta persiapan untuk mendirikan teng atau tenda pesta, setelah itu keluarga CPW akan pergi ke rumah CPP untuk mengantarkan barang-barang kebutuhan CPW yang antara lain untuk mengisi kamar pengantin serta kebutuhan dapur. Biasanya berupa pakaian, barang pecah belah, segala kebutuhan rumah tangga dan bahan-bahan dapur. Sementara itu, keluarga CPP juga mengantarkan balik semua kebutuhan pesta serta busana CPW yang akan dikenakan pada hari perkawinan.

Pada hari H, sebelum CPW menuju tempat berlangsungnya akad nikah atau pemberkatan nikah, CPW terlebih dahulu keluar dari rumah/kamarnya dengan melalui pintu depan rumah/tangga rumahnya. Di sana dia telah ditunggu oleh saudara-saudara perempuannya yang telah menyiapkan kendi berisi air yang akan dipakai untuk mencuci kaki sang pengantin. Setiap saudara yang sudah bersiap-siap tersebut lantas membasuh kaki calon pengantin dan mereka akan mendapatkan uang koin emas yang sudah disiapkan oleh CPP dalam sebuah tempayan. Setelah acara mencuci kaki ini selesai baru pasangan pengantin menuju tempat yang sudah disediakan untuk meresmikan pernikahan mereka.

Begitu pasangan ini resmi menjadi suami-istri maka acara akan dilanjutkan dengan mengadakan pesta di rumah pengantin wanita. Pada malam hari sesudah pesta usai, keluarga pengantin pria akan memohon kepada keluarga pengantin wanita untuk membawa pulang sang pengantin wanita yang pada saat itu sudah resmi menjadi istri anaknya sekaligus menantunya.

Adat Pernikahan Banjar

 
 
Pernikahan adat Banjar nampak jelas begitu besar penghormatan terhadap posisi wanita.Acara demi acara yang dilaksanakan semuanya berpusat di tempat atau di rumah pihak calon mempelai wanita, pihak dari keluarga laki-laki yang datang menghormati kepada keluarga mempelai wanita.

Urutan proses yang umum terjadi di kalangan keluarga calon pengantin adalah:

1. Basusuluh (mencari informasi secara diam-diam mengenai riwayat keluarga calon mempelai. Mencari informasi ini bisa melalui berbagai macam cara dan dilakukan secara cerdik)
2. Batatakun (mencari informasi definitif, pencarian ini lebih terbuka melalui kedua pihak keluarga)
3. Badatang (meminang)
4. Maatar Patalian ( memberikan barang-barang antaran kepada pihak mempelai wanita, berupa barang kebutuhan sehari-hari dan perlengkapan kamar tidur)
5. Nikah (ikatan resmi menurut agama)
6. Batatai (proses akhir dari perkawinan Banjar, upacara bersanding/pesta perkawinan)

Ditambah berbagai proses lainnya yang semuanya dilakukan di kediaman mempelai wanita. Karena perkawinan merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup, maka keluarga kedua mempelai berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan kesan dan keistimewaan serta fasilitas kepada kedua mempelai, mereka dilayani bagai seorang raja dan ratu sehingga sering diberi julukan Raja Sahari (raja satu hari)

Proses-proses yang dilakukan sebelum batatai pengantin, yaitu:

1. Manurunakan Pangantin Laki-Laki, Upacara akan dimulai saat pengantin laki-laki mulai turun dari rumahnya menuju pelaminan di rumah mempelai wanita. Proses ini memang terlihat mudah, tetapi sering pada acara inilah terjadi hal-hal yang berakibat fatal bahkan mengakibatkan batalnya seluruh acara perkawinan. Di masa lalu, tidak jarang laki-laki saingan yang gagal memperoleh hati wanita yang akan segera menikah melakukan segala cara untuk menggagalkan pernikahan yang akan segera berlangsung. Mereka berusaha menggagalkan dengan cara halus (gaib) terutama saat ijab kabul tiba. Mempelai laki-laki akan muntah-muntah dan sakit, ada juga yang tidak dapat menggerakkan kakinya untuk melangkah padahal rumah wanitanya sudah didepan mata. Untuk mengantipasi hal ini biasanya para tetuha keluarga memberikan sangu dengan doa-doa khusus. Selain itu saat kaki calon pengantin laki-laki melangkah pertama kali akan didendangkan shalawat nabi dan ditaburi baras kuning.

2.Maarak Pengantin Laki-laki, saat tidak ada lagi gangguan terjadi rombongan pengantar akan bergerak menuju rumah mempelai wanita (dahulu jarak antar rumah calon relatif dekat sehingga warga berjalan kaki beramai-ramai). Kira-kira beberapa puluh meter di depan rumah mempelai, saat inilah berbagai macam kesenian akan ditampilkan. Diantaranya, Sinoman Hadrah, Kuda Gipang, bahkan ada musik Bamban (sejenis Tanjidor Betawi). Mempelai laki-laki yang melewati barisan Sinoman Hadrah akan dilindungi oleh Payung Ubur-Ubur, payung ini akan terus berputar-putar melindungi pengantin sambil rombongan bergerak menuju rumah mempelai wanita.

3.Batatai Pengantin, proses terakhir dalam pesta. Kedua mempelai bertemu dan dipertontonkan di atas mahligai pelaminan disaksikan seluruh undangan yang hadir.

Selain rangkaian proses di atas masih ada beberapa proses perkawinan adat Banjar yang dilakukan oleh keluarga kedua mempelai sebagai penunjang suksesnya hari batatai pengantin, yaitu:

Versi Banjar Kuala
Mempelai laki-laki memasuki rumah mempelai wanita dan langsung menuju kamar mempelai wanita untuk menjemputnya dan kembali menuju Balai Patataian yang biasanya terletak diruangan tengah untuk duduk bersanding(batatai). Prosesi yang harus dilakukan :

  • Bahurup Palimbaian ; sewaktu masih dalam posisi berdiri kedua mempelai bertukat bunga tangan.Maknanya : kedua mempelai optimis terhadap hari-hari mendatang yang akan mereka jalani dengan penuh keceriaan, bagai harumnya bunga tangan mereka.
  • Bahurup Sasuap ; kedua mempelai duduk bersanding lalu saling menyuapkan sekapur sirih (terdiri dari sirih, pinang, kapur, gambir).maknanya : mereka sudah saling membulatkan tekad untuk menempuh pahit, getir, manis dan perihnya kehidupan dan mengatasinya dengan seia sekata.
  • Bakakumur ; setelah mengunyah sekapur sirih, kedua mempelai berkumur dengan air putih, lalu air bekas kumur dibuang ke dalam tempolong. Maknanya : segala hal yang kurang baik segera di buang, sehingga dalam memasuki perkawinan kedua mempelai dalam kondisi bersih dan ikhlas.
  • Batimbai Lakatan ; mempelai wanita melemparkan segenggan nasi ketan ke pangkuan mempelai pria, lalu oleh mempelai pria dilemparkan kembali ke pangkuan mempelai wanita. Maknanya : Agar tali perkawinan yang mereka bina sedemikian erat, dapat memberikan keturunan yang baik dan unggul. Sekanjutnya nasi ketan tadi dilemparkan ke hadirin untk diperebutkan oleh para remaja putrid. Dipercaya remaja yang mendapatkan nasi ketan tersebut akan cepat mendapat pasangan.
  • Batapung atau batutungkal ; para tertua dari kedua keluarga memberikan sentuhan dengan memercikan ramuan (air bunga, minyak likat baboreh dan minyak wangi) pada ubun-ubun , bahu kiri dan kanan, dan pangkuan mempelai. Maknanya : agar perjalanan perkawinan mempelai selalu mendapat dukungan , bimbingan dan berkah dari pihak keluarga serta pinisepuh.

Versi Banjar Pahuluan

Mempelai pria memasuki rumah mempelai wanita disambut dengan Shalawat Nabi dan taburan beras kuning, mempelai wanita telah diambang pintu, kemudian mereka bersama-sama dibawa untuk duduk bersanding di atas Geta Kencana, sejenis tempat peraduan (tempat tidur). Prosesi selanjutnya hampir sama denga versi Banjar Kuala.

Versi Banjar Pahuluan

Mempelai pria memasuki rumah mempelai wanita disambut dengan Shalawat Nabi dan taburan beras kuning. Di depan pintu telah menanti mempelai wanita, dan kemudian kedua mempelai dibawa menuju Balai Laki dengan berjalan kaki maupun dengan cara Usung Ginggong. Selama bersanding di Balai Laki, kedua mempelai menyaksikan atraksi kesenian, dan harus menerima godaan atau olok-olok dari undangan yang hadir dengan senyum. Setelah selesai pasangan dibawa kembali ke rumah mempelai wanita diiringi tetabuhan kesenian tradisional.

Popular Posts This Months

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

IP